Kritik

Aku Dan Intermidiate Training

Published

on

Oleh: Muh.Razak, Ketua

(Latihan Kader 2/LK 2) merupakan lanjutan bagi kader . Singkatnya bahwa forum ini ialah upgrade diri kader baik itu dari aspek keilmuan, pengalaman, skill, dan mental. Jadi, dibandingkan dengan lulusan LK 1 para lulusan LK 2 ini bisa dibilang satu “klik” diatas dan seharunya agak lebih, dalam aspek-aspek yang tadi.

 

Saya mengikuti LK 2 yang diselenggarakan oleh cabang Wajo Maju, secara relatif kabupaten Wajo ini tidaklah sangat jauh dari Kota Palopo kurang lebih 5 jam perjalanan. Pun secara kultur tidaklah menimbulkan shock yang berarti, karena masih dalam rumpun budaya yang sama.

 

Tema yang di usung oleh tim kerja pelaksana LK 2 ini adalah ‘Rekonstruksi kebudayaan era 5.0 ; Ikhtiar Pribumisasi literasi digital ‘. Tema yang menarik namun setelah pelaksanaan kegiatan menimbulkan kekecewaan bagi saya, apakah karna ekspektasi saya yang terlalu tinggi atau teman-teman tim kerja yang tak mampu merealisasikan dari pada tema yang di usung pada training kali ini.

Baca Juga:  Tidak Tinggal Diam, Ketua Umum HMI Jakarta Barat Angkat Suara Menanggapi Pernyataan Ade Armando

 

Bagi saya tema itu akan menggambarkan dari pelaksanaan kegiatan ini kedepan. Namun, yang terjadi realisasi yang ada hanya pada tataran diskursus atau pembahasan semata, secara implementatif tak ada usaha yang benar-benar dilakukan untuk membumikan literasi digital HMI.

 

Banyak teknis pelaksanaan yang sangat old school kesan yang di berikan sangat konservatif jadi peserta terkungkung oleh ke kolotan dibanding update sekaitan ada apa dengan literasi digital hari ini. Yang paling sulit adalah semua bersembunyi dalam egosentrisme ‘kita harus melestarikan budaya’. Sifat un-adaptive akibat ego itu dimulai dari hal-hal tadi. Akhirnya akan menghasilkan kader yang tuntas dalam tataran pembahasan namun akan kalah sekaitan skill.

 

Dalam salah satu materi yang membahas tentang society 5.0 saya sepakat dengan apa yang disampaikan pemateri, ‘Digitalisasi dalam society 5.0 itu tidak menimbulkan efek negatif, efek tersebut muncul merupakan reaksi karena kita tak dapat beradaptasi dengan hal tersebut’. Lebih jauh saya mengharapkan kedepan dalam training-training di HMI bisa menyertakan top ten skill (10 skill) yang dibutuhkan saat ini.

Baca Juga:  Aparat Kembali Represif, Ketua HMI MPO Cabang Serang Angkat Bicara

 

Mulai dari sekarang mestinya dalam hal pengkaderan kita melakukan restorasi tahap demi tahap dengan menerapkan konsep kekinian, agar kita tak tergerus oleh zaman. Dalam beberapa kajian yang ada, organisasi seperti HMI dan sejenisnya dilihat tak lagi relevan untuk masa kini karena alasan-alasan yang saya sebutkan diatas.

 

Tidak lagi ada nilai tambah ataupun hal yang membuatnya menarik. Sekali lagi saya setuju dengan salah satu youth-influencer Rijal Djamal yang menyatakan 3 indikator organisasi untuk dapat tetap eksis dan relevan yaitu intelectual growth, Soft skill training dan social impact.

 

Namun dibalik kekecewaan yang saya rasakan saya masih dapat menarik kesimpulan bahwa sangat menarik untuk mengikuti LK 2 ini. Pengalaman, relasi baru, dan kejadian unik didalamnya dan tentu yang paling menonjol letihnya. Letih fisik maupun mental. Manis untuk dikenang tidak untuk di ulang. Untuk relasi-relasi baru semoga tetap menjaga silaturaHMI yang ada. Yakin Usaha Sampai

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Lagi Trending