Literatur

Mengenal Sahabat Nabi nan Cakap dan Rupawan, Siapakah Ia?

Published

on

Oleh: Yunda Zahratul Muharromah, Kader MPO Komisariat Untirta Pakupatan

, siapakah ia?
Nama lengkapnya adalah . Namun masyarakat Madinah lebih sering menjulukinya dengan sebutan Dihyah Al-Kalbi. adalah pria tampan nan rupawan yang berasal dari kota kaum ansar yaitu Madinah. Sahabat ansar ini memiliki kelebihan nan anugrah dari Allah SWT berupa fisik sempurna dan penampilan menawan yang membuatnya populer dan terkenal di kaum ansar maupun muhajirin kala itu.

Banyak masyarakat madinah yang terpesona dan mengagumi ketampanannya, bahkan diceritakan jika ia berjalan di sekitar kota Madinah banyak para gadis yang keluar rumah demi melihatnya dan terpesona melihat ketampanannya. Apalagi ketika melihat berdampingan dengan Rasulullah SAW, mereka yang melihatnya seperti melihat dua symbol keindahan secara nyata di wajah keduanya.

Bahkan malaikat Jibril kerap turun ke bumi dengan menyaru rupa wajah Dihya saking tampannya ia. Alkisah, suatu hari setelah Rasulullah memastikan kaum musyrikin benar-benar meninggalkan Madinah pada perang ahzab kala itu, beliau pulang ke rumahnya dengan tenang. Tiba-tiba, malaikat Jibril turun membawa perintah dari langit untuk menghukum kaum Yahudi Bani Quraidzah. Lalu Aisyah istri Rasulullah bertanya: “Ya Rasulullah, siapa yang berbicara dengan anda tadi?” Lalu Rasulullah malah balik bertannya: “Kamu bisa melihatnya tadi?” Aisyah menjawab: “Ya, ia mirip Dihya Al-Kalbi.” Rasulullah lalu menjelaskan siapa sebenarnya sang tamu. “Ia adalah jibril yang turun membawa perintah agar aku segera berangkat ke perkampungan Bani Quraidzah.”

Dihyah masuk pada tahun pertama Rasulullah hijrah ke Madinah. Menurut ahli sejarah menulis bahwa ia telah bersyahadat pada tahun 2 Hijriyah sebelum peristiwa Perang Badar. Hanya saja Dihya tidak ikut dalam perang tersebut dan baru terjun pada Perang Uhud, untuk mempertahankan Kota Madinah dari serangan kafir Quraisy. Setelah itu, ia banyak menghabiskan usia mudanya di kancah jihad, bahkan setelah Rasulullah tiada. Buktinya, pada era pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab ia mengikuti Perang Yarmuk. Setelah itu Dihyah memutuskan untuk menetap di bumi Syam hingga wafat.

Alasan mengapa Dihya banyak menghabiskan waktu dan sisa umurnya untuk berjihad dan mensyiarkan agama , karena ia sadar bahwa ketampanan fisik tidak bisa dijadikan tolak ukur nilai keimanan seorang muslim. Ia berusaha membuktikan dan menyempurnakan keimanannya, setelah ia mendapatkan anugrah kesempurnaan fisik dari Allah SWT.

Baca Juga:  Presidential Threshold: Sedikit Guna, Banyak Mudharat-nya

Pada tahun 6 Hijriyah, Dihya pernah mendapatkan tugas besar dari Rasulullah SAW. Yaitu menyampaikan surat Rasulullah SAW kepada Kaisar Byzantium yang kala itu bernama Heraclius. Kala itu Rasulullah ingin mengajak para Raja Jazirah Arab untuk memeluk . Nabi mengutus sahaat tertentu untuk menyampaikan surat tersebut, dan salah satunya adalah Dihya Al-Kalbi.

Mengapa Dihya yang dimandatkan untuk mengirimkan surat kepada Kaisar Byzantium? Karena Bangsa Romawi kala itu terkenal sebagai bangsa pemuja keindahan. Hal itu bisa tercermin dari karya seni dan arsitektur bangunan romawi yang artistic, kokoh nan indah. Secara tersirat, Rasulullah ingin menunjukkan bahwa Islam pun indah melalui wajah tampan Dihya Al-Kalbi.

Dihya diperintahkan untuk datang terlebih dahulu ke Bushra untuk menemui pimpinan Bushra yaitu Harits bin Abu Syammar yang akan membantunya bertemu dengan kaisar Byzantium. Dihya datang kepada Harits bin Abu Syammar hanya seorang diri, karena misi yang diemban adalah misi rahasia.

Lalu Harist bin Abu Syammar berhasil membawa Dihya untuk bertemu Heraclius (Kaisar Byzantium). Lalu disampaikannya surat sang nabi kepada Heraclius, yang didalam suratnya berisi tulisan:

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya.Kepada Heraclius penguasa Negara Romawi. Semoga keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk yang benar. Adapun sesudah itu, sesungguhnya aku mengajakmu kepada seruan Islam. Masuklah ke agama Islam, niscaya engkau selamat. Masuk Islamlah, Allah akan memberi pahala kepadamu dua kali. Maka jika engkau berpaling, sesungguhnya kamu akan mendapat dosa-dosa segenap rakyatmu. Dan, wahai ahli kitab, marilah kepada satu kalimat yang sama antara kami dan kalian, yaitu kita tidak menyembah melainkan hanya kepada Allah, dan kita tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan sebagian kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah, “Saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) (QS. Ali Imran : 64) lalu terdapat stempel bertuliskan ‘Muhammad Rasul Allah’.

Baca Juga:  Gelar Muskoh Perdana, HMI MPO Cabang Serang Siap Cetak Pemimpin Mar'atussholihah

Surat Nabi SAW itu dibacakan hingga selesai oleh Dihya. Heraclius lalu memanggil Dihyah Al-Kalbi bersama sang Uskup Agung yang memahami Kitab Injil. Dibacakan sekali lagi surat itu kepadanya.
“Inilah yang selalu kita tunggu-tunggu, dan kabar ini telah diberi tahu lama oleh Nabi Isa” kata Uskup Agung itu kepada Heraclius “Lalu Apa pendapatmu? Dan apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Kaisar Byzantium kepada Uskup Agung dengan muka cemas dan bingung.
Sang uskup menjawab, “Kalau engkau bertanya pendapat dan pandangan ku, tentu saja aku akan mempercayainya (Rasulullah SAW) dan akan Mengikuti ajarannya.” “Tetapi kini posisiku tidak aman dan serba salah. Jika aku ikut nasihatmu, akan hilanglah kerajaanku!” jawab Heraclius.

Heraclius termenung sesaat. Lalu Heraclius meminta Dihyah mendekat dan berkata: “Sampaikanlah berita kepada pemimpinmu, bahwa aku tahu dia memang benar Nabi. Tetapi apa daya, aku tak dapat buat apa-apa, karena aku tidak ingin ditumbangkan dari kerajaanku dan dibunuh!”

Dihyah memperhatikan kata-kata Kaisar Heraclius dengan seksama dan melihat adanya kejujuran dalam kata-kata Heraclius. Lalu Amanat Kaisar Byzantium tersebut disampaikan Dihyah kepada Rasulullah sesampainya kembali ke Madinah. Lalu Rasulullah memahami posisi Heraclius dan turut mendoakan hidayah untuk sang Kaisar dan agar tahtanya tetap terjaga.

Sudah jelas bukan, Dihya sahabat Rasulullah ini bukan hanya memiliki wajah tampan rupawan, namun ia juga memiliki keberanian, kacakapan dalam berbicara dan keimanan dalam dirinya.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Lagi Trending